Friday, July 19, 2013

Khasiat tutut yang luar biasa

Bulan ramadhan ini kita butuh banyak protein untuk menjalani hari-hari yang panjang, oleh karena itu mari kita coba tutut, makanan tradisional yang sekarang banyak diminati lagi karena khasiatnya. Tutut yang menyerupai keong dalam bentuk kecil, biasanya dibumbui dengan kunyit, kadang ditambahin santan dan berbagai bumbu lainnya, luar biasa memang dari makanan yang kecil2 ini dan harus susah payah nyedotnya banyak khasiatnya tutu Tutut ternyata menyimpan kandungan yang gizi tinggi, menurut Positive Deviance Resource Centre khasiatnya ini karena tutut mengandung kandungan protein 12 % , kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram tutut, dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat, posfor. Tutut harus direndam satu malam supaya bersih, supaya lumpur-lumpur tanahnya bersih, lalu rebus, masak , tiriskan, bersihkan lagi, tutut bisa dijadikan sate, krupuk dll. Keong memiliki 100 jenis dan yang kita makan biasanya jenis Helix pomatia dan Helix aspersa. Kandungan vitamin pada tutut cukup tinggi, dengan dominasi vitamin A, E, niacin dan folat, Jadi bayangkan khasiatnya, vitamin A untuk mata, vitamin E untuk regenerasi sel dan kecantikan kulit, niacin berperan dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi dan folat baik untuk ibu hamil supaya bayinya tidak cacat tabung syarafnya, dan banyak lagi . Keong, sejenis tutut tidak saja dikenal di indonesia, tapi di negara lain misalnya di perancis, amerika, australia hanya saja beda namanya, dan dimasak dengan cara yang berbeda , khasiatnya tak jauh berbeda. Ternyata melihat dari gizi yang dikandung, tutut bisa dijadikan alternatif protein pengganti daging, ayam dll dan harganya juga relatif lebih terjangkau. Khasiat tutut dapat mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, maag, liver, kolesterol serta berbagai penyakit lainnya, asalkan dikonsumsi secara teratur . JH sendiri kalau sakit punggung suka makan tutut dan tak lama kemudian sembuh mungkin karena kalsium dan vitamin serta proteinnya tinggi ya Melihat pada khasiat diatas , jangan takut untuk mengkonsumsi tutut karena murah meriah dan juga mudah didapat.

Tuesday, July 16, 2013

manfaat tutut atau keong sawah

Manfaat:Tutut: Keong Sawah



Semasa kanak-kanak dulu saya sering memakan Tutut, sering disebut keong sawah. Tidak sebagai lauk untuk mengantar nasi untuk dikunyah, tapi sebagai makanan penutup atau camilan di sore hari. Keong sawah ini bercangkang hitam kehijau-hijauan, berukuran sebesar jempol tangan hingga sebesar jempol kaki, walau ada juga di beberapa tempat bisa berukuran sebesar bola pingpong. Sekali memasak tutut biasanya satu panci, dibeli dari pasar tradisional dalam keadaan hidup. Sebelum dimasak, bagian ujung kerucut spiralnya dipotong sedikit dengan pisau, cangkangnya cukup rapuh sehingga tidak akan merusak mata pisau. Kemudian direbus hingga matang bersama bumbu salam, séréh, laja dan santan kelapa. Setelah matang siap dimakan, yaitu dengan cara disedot seketika (disedot menghentak). Daging tutut bisa keluar dan langsung masuk ke mulut, untuk inilah bagian buntut cangkangnya harus dipotong supaya angin bisa masuk. Kalau tak pandai menyedotnya atau tak ingin orang lain melihat mulut anda monyong, cungkil saja dengan tusuk gigi.

Daging Tutut atau Keong Sawah

Tutut, keong sawah, atau Bellamya javanica van den Bush paling banyak ditemukan di sawah, di mana air sawah meski berlumpur tapi juga relatif bening. Habitat lainnya di tempat yang juga mirip sawah, yang airnya cukup bening, berlumpur dan airnya tak berarus/bergerak. Siang hari tutut ini bersembunyi ke dasar lumpur sehingga sulit dicari dan dikumpulkan. Malam hari ia menyebar menempel-nempel di batang padi atau tumbuhan lainnya. Pedagang tutut di pasar tradisional biasanya mengumpulkan keong sawah tersebut pagi hari, saat tutut masih berada di permukaan air dan menempel-nempel di batang padi. Beberapa orang siswa SMP 1 Laren, di Lamongan, menemukan metoda pengumpulan tutut yang lebih efektif, yaitu dengan daun pepaya. Tutut ternyata menyukai daun pepaya, sehingga daun pepaya yang diletakkan di malam hari, esok paginya dipenuhi dengan gerombolan tutut. Percobaan mereka juga menggunakan daun pisang dan daun pepaya.

Tutut mengandung zat gizi makronutrien berupa protein dalam kadar yang cukup tinggi pada tubuhnya. Berat daging satu ekor tutut dewasa dapat mencapai 4-5 gram. Selain makronutrien, tubuh tutut juga mengandung mikronutrien berupa mineral, terutama kalsium yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan pengelolaan yang tepat, tutut dapat dijadikan sumber protein hewani yang bermutu dengan harga yang jauh lebih murah daripada daging sapi, kambing atau ayam.

Berikut saya cuplikkan tulisan dari jurnal Warta Konservasi Volume 14 No. 3, Juli 2006, tentang Lahan Basah dari Wetlands International.

Cangkang Tutut

    Sawah sebagai salah satu tipe lahan basah buatan tidak hanya berperan penting dalam menyediakan jenis-jenis tanaman menyehatkan, namun juga merupakan tempat hidup berbagai binatang air, mulai dari Protozoa (binatang bersel tunggal) sampai vertebrata (binatang bertulang belakang) seperti ikan dan katak. Moluska (keong-keongan dan kerang serta kerabatnya) termasuk juga binatang yang memanfaatkan sawah sebagai tempat hidupnya. Moluska yang hidup di perairan tawar dapat dijabarkan ke dalam kelas Gastropoda yang kita kenal dengan nama keong (bercangkang tunggal) dan kelas Pelecypoda/Bivalvia atau kerang (cangkangnya berkeping dua). Dari catatan pustaka, moluska air tawar yang pernah ditemukan hidup di perairan sawah, ada sebanyak 32 jenis (27 jenis Gastropoda dan 5 jenis Pelecypoda/Bivalvia). Moluska bercangkang tunggal, terdiri dari dua kelompok, yaitu Operculata yang dilengkapi operkulum (penutup cangkang) dan Pulmonata, yang tanpa operkulum.

    Tutut (marga Bellamya) termasuk dalam kelompok Operculata yang hidup di perairan dangkal yang berdasar lumpur serta ditumbuhi rerumputan air, dengan aliran air yang lamban, misalnya sawah, rawarawa, pinggir danau dan pinggir sungai kecil. Binatang ini lebih menyukai perairan yang airnya jernih dan bersih. Ada dua jenis dari marga Bellamya yang hidup di sawah, yaitu Tutut jawa (Bellamya javanica) dengan sebaran di Thailand, Kamboja, Malaysia, Indonesia (kecuali Irian Jaya) dan Filipina, dan Tutut sumatera (Bellamya sumatrensis) yang sebarannya mencakup Thailand, Kamboja, Malaysia, Indonesia (Sumatera dan Jawa).

    Keong suku Viviparidae ini bisa memiliki tinggi cangkang sampai 40 mm dengan diameter 15-25mm; bentuknya seperti kerucut membulat dengan warna hijau-kecoklatan atau kuning kehijauan. Puncak cangkang agak runcing; tepi-cangkang menyiku tumpul pada yang muda; jumlah seluk 6-7, agak cembung, seluk akhir besar. Mulut membundar, tepinya bersambung, tidak melebar, umumnya hitam. Operkulum agak bundar telur, tipis, agak cekung, coklat kehitaman.

tutut bikin tulang kuat

Khasiat Tutut bikin Tulang Kuat
Pernahkah anda memakan tutut? Makanan tradisional ini memang kurang begitu populer dibanding dengan kerang. Namun dalam hal rasanya, keong kecil atau yang biasa disebut dengan tutut memiliki rasa yang tak kalah nikmat dengan kerang. Ditambah lagi dengan cara memakannya yang cukup unik yaitu dengan cara mencucrup bagian depan kepala tutut untuk bisa memakan dagingnya. Selain rasanya nikmat namun tutut juga memiliki nutrisi yang begitu berlimpah di antaranya yaitu kandungan protein yang cukup banyak.

Tutut adalah binatang yang hidup di perairan dangkal dan bersih, biasanya hidup di daerah sekitar rawa, sawah, pinggir danau, sungai kecil dan perairan-perairan lainnya. Tutut memakan jenis tanaman air seperti lumut dan ganggang. Bentuk fisik mirip keong hanya saja ukurannya lebih kecil.

Bagi masyarakat pedesaan seperti saya tutut menjadi makanan favorit yang rasanya cukup nikmat dan lezat seperti layaknya pecel lele dan opor ayam. Dulu, masih banyak orang-orang yang jualan tutut. Aku pun termasuk salah satu penggemar masakan ini.

Kok doyan sih tutut kan menjijikan?

Kata siapa menjijikan, kalau udah nyoba dijamin ketagihan. Hehe. Rasanya memang kadang agak khas, rasa dagingnya kadang agak sedikit aneh mirip bau tanah, mungkin sebagian tutut kurang bersih dalam hal mengolahnya sehingga lumpur masih ada yang mengendap, namun rasanya tetep nikmat abis sob.

Daging tutut beratnya sekitar 4–5 g dari berat total keseluruhan. Kandungan kalsium dalam makanan ini sangat tinggi sehingga sangat baik uuntuk pertumbuhan tulang dan gigi khususnya mencegah osteoporosis bagi lansia.

Dalam 100 gram daging tutut mengandung energi sebanyak 64 kalori, 11,8 g protein, 5,3 g lemak, 3 g karbohidrat, 299,2 g kalsium, 122,5 mg fosfor, dan 11,7 mg besi. Tak hanya itu kandungan vitamin seperti vitamin A, E, niacin dan folat juga ada di binatang kecil ini. Jadi bayangkan khasiatnya, vitamin A untuk mata, vitamin E untuk regenerasi sel dan kecantikan kulit, niacin berperan dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi dan  folat baik untuk ibu hamil supaya bayinya tidak cacat tabung syarafnya, dan banyak lagi .

Melihat kandungan gizi yang cukup tinggi, tutut bisa menjadi alternatif makanan pengganti daging ayam, daging sapi, dan lainnya. Mengenai khasiat untuk kesehatan sendiri, tutut juga dipercaya bisa menyembuhkan beberapa penyakit seperti penyakit seperti diabetes, maag, liver, kolesterol serta berbagai penyakit lainnya, asalkan dikonsumsi secara teratur. Bahkan ada banyak orang yang sudah membuktikan, bahwa sakit punggung juga bisa teratasi dengan memakan tutut. Wah.wahh ternyata khasiatnya berlimpah yahh.

Namun harus diperhatikan ketika memasaknya, tutut harus direndam satu malam supaya bersih agar lumpur-lumpur tanah yang menempel pada tutut bisa bersih, kemduian direbus, masak , tiriskan, bersihkan lagi, dan tutut siap dijadikan menu masakan sehat bisa juga dijadikan sate.

Anda tertarik mencoba tutut ?

tutut kaya gizi

Di Bulan Ramadhan, selalu ada hal-hal yang umumnya tidak atau jarang kita dapati di bulan-bulan lainnya. Begitupun dengan urusan permakanan banyak santapan dan hidangan yang mendadak tampil pada bukan ini dan sulit untuk ditemukan pada bukan-bulan selain Ramadhan.

Salah satu hidangan khas Ramadhan yang saya sukai adalah olahan dari keong sawah. Orang Sunda menyebutnya sebagai Tutut, sementara  yang berbahasa Jawa,  menyebutnya sebagai Kraca. Olahan ini menjadi oase buat saya di tenah-tengah hidangan khas untuk berbuka puasa yang umumnya didominasi hidangan yang manis-manis, kadang rasa manisnya sampai keterlaluan untuk saya yang memang kurang suka rasa manis. Olahan Kraca yang cukup terkenal ada dari daerah Banyumas, namun olahan Kraca alias Tutut yang saya tampilkan ini adalah olahan a la Sunda dengan bumbu-bumbunya adalah kemiri, merica, kunyit dan sedikit cabai, makanya terasa ada pedasnya.
Benar, bahwa makanan olahan ini dari keong sawah, makanya terkesan menjijikkan, tetapi siapa yang sdangka bahwa dibalik tampilannya yang menjijikkan, tertnyata memiliki kandungan gizi yang luar biasa. Warga yang  sedang dalam kondisi paceklik uang sehingga tak sanggup membeli daging sapi untuk sumber protein hewani, sebenarnya bisa memanfaatkan keong sawah ini sebagai salah satu sumber protein hewani yang  mumpuni.
Dikutip dari situs Kulinologi.biz, berikut nilai gizi yang terkandung di dalam olahan keong sawah:

Nilai gizi keong Keong (Inggris: snail) atau yang dalam bahasa Perancis disebut Escargot, merupakan jenis hewan moluska yang ditemukan di pantai, air tawar, dan tanah. Keong memiliki sekitar 100 spesies dan tergantung pada jenis lokasi yang berbeda digunakan sebagai sumber makanan. Biasanya keong yang dimakan adalah dari jenis Helix pomatia dan Helix aspersa.
Keong telah lama digunakan sebagai salah satu menu konsumsi untuk manusia karena terkenal lezat, tidak saja di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain. Orang Perancis terkadang menyajikan keong sebagai appetizer; sedangkan di Amerika dan Australia, keong yang mereka sebut abalone pada umumnya dikonsumsi sebagai makanan utama, misalnya dalam masakan Spaghetti with escargots dan Abalone in oyster sauce
Keong kaya akan protein, tetapi rendah lemak (loihat tabel terlampir) sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif makanan tinggi protein yang rendah lemak. Dalam seratus gram bagian yang dapat dimakan terdapat 16 g protein sehingga apabila kita mengkonsumsi 100 g kraca, tubuh kita sudah mendapat 32% protein dari kebutuhan sehari-hari. Protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh dan juga berperan dalam proses kekebalan tubuh. Konsumsi protein hewani dalam makanan sehari-hari diperlukan oleh tubuh disamping protein nabati.
Lemak dalam 100 g kraca terdapat dalam jumlah 1,4 g. Lemak yang terdapat dalam keong merupakan asam lemak essensial dalam bentuk asam linoleat dan asam linolenat. Sebuah studi di Brazil menunjukkan bahwa 75% persen lemak dalam keong merupakan asam lemak tidak jenuh yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Asam lemak tidak jenuh tersebut 57% tersusun dari asam lemak tak jenuh ganda dan sisanya merupakan asam lemak tak jenuh tunggal.
Kandungan vitamin pada keong cukup tinggi dengan dominasi vitamin A, vitamin E, niacin dan folat. Vitamin A berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina serta menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Niacin atau vitamin B3 berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein.
Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan penting dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Vitamin E juga merupakan sebagai senyawa antioksidan alami. Folat berfungsi membantu pembentukan sel darah merah, mencegah anemia, sebagai bahan pembentukan bahan genetik sel, dan sangat esensial selama kehamilan karena mencegah timbulnya kecacatan tabung saraf pada bayi. Apabila kita mengkonsumsi 100 gram kraca, maka kita dapat memenuhi kebutuhan 2%
vitamin A, 23% vitamin E, 7% niacin dan 66% folat.
Mineral merupakan zat yang berperan penting pada tubuh manusia untuk pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu pembentukan ikatan yang memerlukan mineral seperti pembentukan haemoglobin. Kandungan mineral yang utama pada keong berupa kalsium, zat besi, magnesium, kalium dan fosfor. Apabila kita mengkonsumsi 100 g kraca, maka sudah memenuhi 17% kalsium dan 13,5% zat besi untuk kebutuhan tubuh sehari-hari.
Peran utama kalsium adalah untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi. Kekurangan kalsium mengakibatkan terjadinya osteoporosis (keropos pada tulang). Zat besi mempunyai fungsi utama memproduksi hemoglobin dan mioglobin. Zat besi yang berasal dari produk hewani atau disebut juga sebagai besi-hem, akan lebih mudah diserap oleh tubuh. Zat besi pada keong berjumlah 3,5 mg, lebih tinggi daripada zat besi pada daging (2,5 mg) atau ikan (2,4 mg).
Beberapa teman mengaku selain keong sawah itu menjijikkan, juga ditengarai bisa membuat penyantapnya cacingan. Yang jelas, saya pribadi berani membantah anggapan bisa cacingan tsb, selama memasak kraca dikerjakan sampai benar-benar matang. Namun, benar, untuk menghasilka masakan tutut atau kraca yang lezat, diperlukan waktu yang lama dan bumbu-bumbu yang tepat untuk membuat lidah tidak henti menikmati enaknya rasa tutut. Berikut contekan caranya dari situs yang sama :
Pertama kali keong dipecahkan ujung cangkangnya atau dalam bahasa Jawa disebut dithithiki (bagian belakang rumah keong dipukul hingga berlubang). Pemecahan ujung cangkang dilakukan untuk membuang kotoran yang masih terdapat pada keong serta memudahkan bumbu meresap ke tubuh keong saat proses pemasakan. Proses ini juga berfungsi untuk memudahkan kita untuk mengkonsumsi keong nantinya.
Selanjutnya adalah mencuci keong tersebut, minimal selama empat kali. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan aroma lumpur yang biasanya menjadi tempat hidup keong. Apabila pencucian tidak sempurna, akan terasa pahit saat dikonsumsi. Setelah pencucian, dilakukan perendaman selama semalam untuk menghilangkan lendir yang terdapat pada tubuh keong. Pada waktu proses perendaman tersebut dipisahkan keong yang berkualitas jelek yang akan terapung di permukaan air perendam. Setelah perendaman, dilakukan pencucian lagi selama empat sampai lima kali untuk memastikan bahwa lendir dan kotoran sudah benar-benar hilang dari tubuh keong.
Tahap pengolahan dilanjutkan dengan proses sangrai bumbu-bumbu berupa bawang merah, bawang putih, kemiri, cabe merah, cabe rawit, jahe, kunyit, daun salam, lengkuas, dan sereh. Selain untuk menimbulkan aroma yang enak dan menghilangkan aroma amis dari keong, bumbu-bumbu tersebut juga berfungsi sebagai antioksidan dan beberapa fungsi yang menguntungkan tubuh. Setelah tercium aroma harum pada saat proses sangrai, kraca dimasukkan dan diaduk rata serta ditambahkan air dan dimasak sampai air mendidih, kemudian ditambahkan garam, gula dan santan encer. Keong kemudian dimasak selama 2-3 jam. Setelah itu kraca yang khas, lezat dengan tekstur lunak siap untuk disajikan.
Biasanya setelah membeli tutut yang sudah siap saji, saya mengolahnya lagi dengan mengukus tutut menggunakan panci kukus bertekanan tinggi, agar bumbu-bumbu lebih meresap ke dalam daging keong dan tentu saja daging keong menjadi lebih lunak, lebih mudah untuk dikunyah. Kemudian ketika hendak menyantapnya, bagi Anda yang mungkin amat kuatir bentuk mulut menjadi monyong karena kebanyakan menyedot keong, gunakan saja tusuk gigi untuk mencungkil daging keong dari cangkangnya. Cara ini kesannya sedikit lebih elegan. :D

Semoga setelah disajikan artikel ini, tidak perlu lagi kita memandang sebelah marta atas nilai gizi dari keong sawah yang kesannya menjijikkan itu. Siapa tahu saja selain gizi tercukupi, menikmati kraca membantu penampilan tetap awet muda. Satu hal yang pasti, di hari terakhir puasa, saya tentu akan menikmati tutut sebelum nanti menghilang dari pasaran

Tutut dan Khasiatnya | Makan Tutut Enak Bergizi Tinggi

Biasanya tutut banyak kita temui di daerah Kota Bogor. Tetapi, belakangan ini, semakin banyak saya perhatikan, pedagang tutut di sepanjang jalan

Jadi ingat waktu kecil dulu. Sering sekali makan tutut bersama teman2. Memakannya dengan cara menyedot langsung atau mencungkilnya dengan tusuk gigi. Kuahnya pun sangat khas, hhmmmm….. enak lho.
Yuk, kita kenalan dengan hewan lunak berlendir ciptaan Tuhan yang ternyata banyak sekali khasiatnya. (^.^)

TUTUT (siput)




Sebenarnya kata ini diambil dari bahasa sunda. Arti sebenarnya adalah Keong Sawah. Siput dalam bahasa latinnya adalah Molluscus artinya LUNAK. Siput sekelas dengan bekicot. Dalam bahasa latinnya: GASTROPODA. gaster = perut dan podos = kaki, artinya adalah hewan yang menggunakan perut sebagai alat geraknya.
Siput tinggal di perairan yang dangkal, agak berlumpur tetapi airnya cukup bening dan bergerak lamban.
Bentuknya agak mengerucut ke atas. Sehingga ketika mau dimasak, maka buntut cangkangnya dipotong agar tutut matang ketika direbus. Keong sawah ini berwarna hijau kehitaman dan berukuran kecil hingga sebesar jempol.

Khasiat dan Manfaat Siput/Tutut




Dulu, siput dianggap sebagai hama oleh petani. Bahkan kitapun memandang sebelah mata karena bentuknya yang kotor dan berlendir.
Tetapi ternyata Allah Maha Kuasa, menciptakan makhluk yang kelihatannya menjijikkan tetapi ternyata banyak sekali kegunaannya.
Siput bisa dimanfaatkan sebagai salah satu bahan baku alternatif untuk pembuatan pakan ternak bebek, dimana bisa membuat bebek bertelur jauh lebih banyak dibandingkan dengan pemberian makanan olahan dari pabrik.
Kegunaan lain yang bermanfaat untuk kita adalah:

1. Kaya Protein

Tutut mengandung zat gizi makronutrien berupa protein dengan kadar yang cukup tinggi. Selain itu, mengandung asam amino esensial dan mikronutrien berupa “mineral” yaitu kalsium yang sangat dibutuhkan tubuh. Hewan lunak berlendir ini juga rendah lemak, jadi sangat baik jika dikonsumsi. Dengan pengelolaan yang tepat, tutut bisa menjadi sumber protein hewani yang bermutu dengan harga murah daripada kambing, ayam atau sapi.

2. Obat Antiseptic

Waktu masih kecil, ada temanku yang kakinya tertusuk paku, lalu pada saat itu, nenekku langsung memotong ujung cangkang dan mengoleskan lendir yang keluar dari cangkang ke luka temanku itu. Alhamdulillah, lukanya cepat mengering dan menurut nenekku, lendir tersebut membuat luka tidak infeksi.

3. Mengobati Jerawat

Siapa sangka, lendirnya ternyata bisa digunakan untuk mengobati jerawat yang meradang. Di negara yang lebih maju, lendir siput diproses dengan tehnologi canggih dan dijadikan bahan dasar dari beberapa produk kecantikan, yang mana fungsinya juga bisa regenerasi kulit atau dapat mengurangi kerutan di wajah.

4. Sebagai Obat

Dengan pengolahan yang tepat, tutut atau bekicot bisa dijadikan penunjang kesembuhan penyakit hepatitis B, liver, diabetes, TBC, asma, maag sampai ke penyakit sembelit, influenza dan penambah napsu makan.